Bangga sekali menjadi bagian dari bangsa ini. Walaupun
kita tidak merasakan pahit getirnya penindasan penjajahan, tetapi sejarah telah
mencatatkan bahwa Kemerdekaan bangsa ini tidak didapat dengan mudah.
Kemerdekaan bangsa ini didapat dengan pengorbanan jiwa, raga, darah dan
air mata.
Pada perang Kemerdekaan, walaupun kita hanya
bersenjatakan bambu runcing kita bisa mengalahkan Bangsa penjajah
yang bersenjata lengkap, modern dan mengenal strategi perang.
Kita dapat mengalahkan mereka karena kita bersatu
untuk merdeka dan melepaskan diri dari belenggu penjajah. Bersatu dalam dalam
tekad dan semangat.
Pelajaran Perang merebut Kemerdekaan dari tangan
penjajah dahulu mestinya dapat kita ambil untuk menghadapi "Penjajahan"
modern yang sekarang membelenggu negeri ini, yaitu Korupsi dan Narkoba.
Korupsi dan Narkoba sudah
meluluhlantakan negeri ini, kasus korupsi banyak melibatkan penyelenggara
negara, sepertinya susah sekali dienyahkan dari negeri ini. Sama susahnya
ketika kita menghadapi penjajah yang bersenjata lengkap dan modern, yang
dihadapi dengan bambu runcing. Namun kita tidak boleh berpandangan pesimis dan
menyerah.
Diusianya yang tidak muda lagi, negeri ini
semakin dewasa, dewasa dalam berpikir, dewasa dalam bersatu, dewasa dalam
bersikap bahwa Korupsi dan Narkoba akan membawa negeri ini dalan
kehancuran. Dan yakin bahwa Korupsi dan Narkoba pasti dapat kita
lawan.
Hari Kemerdekaan ini hendaknya dapat dijadikan
sebagai momentum yang paling baik untuk melepaskan diri dari "Penjajah"
yang bernama Korupsi dan Narkoba.
Korupsi dan Narkoba adalah musuh bersama
negeri ini.
Dahulu penjajah Kolonial Belanda maupun
Jepang dapat kita kalahkan walaupun kita hanya bersenjatakan bambu
runcing, karena kita menyatakan bahwa mereka adalah musuh bersama.
Dari ujung barat Sabang sampai ujung timur Merauke
musuh kita adalah sama.
Dalam perlawanan mengahadapi penjajahan kolonial
Belanda maupun Jepang, kita juga tidak kurangnya menemui hambatan yang datang
dari dalam negeri, yaitu anak negeri yang menjadi pengkianat,
yang memihak pada penjajah tersebut.
Akan tetapi dengan menyatakan bahwa merekapun
adalah musuh kita, maka mereka pun dapat kita kalahkan. Pengkihanat itu “musuh”
yang lebih sulit kita kalahkan, karena mereka sama warna kulit, sama bahasa,
sama paras wajah.
Walaupun sama warna kulit, sama bahasa, sama
paras wajah, merekapun dapat dapat dengan mudah kita kenali dengan tindakan dan
tingkah laku mereka.
Kita dapat mengenali perilaku mereka yang bersuka
ria dengan “Penjajah” dan bahasa yang menyuarakan pembelaan
kepada “Penjajah”.
Dan kalau kita sudah kenali mereka dengan
perilaku yang demikian, maka tindakan atau hukuman yang paling pantas untuk “pengkhianat”
adalah sama dengan penjajahnya sendiri yaitu "MATI"
Semangat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan
yang pernah kita miliki, hendaknya kita pakai juga untuk mengusir “penjajahan
modern” yang disebut Korupsi dan Narkoba.
Melawan Korupsi dan Narkoba bukan hanya
tugas Aparat Hukum saja, tetapi melawan Korupsi dan Narkoba
adalah tugas dan kewajiban seluruh anak negeri.
Mari kita bersatupadu dalam semangat dan tekad
untuk mengusirnya dari negeri ini. “Mengkampanyekan bahwa Korupsi dan
Narkoba adalah musuh bersama negeri ini”. dan mereka yang membela
Koruptor dan membela kasus Korupsi adalah "pengkhianat bangsa”. Juga
bagi mereka yang membela kasus Narkoba adalah pengkhianat bangsa.
Kita tuntut keseriusan pemimpin negeri ini
untuk gencar bersama kita menyuarakan bahwa Korupsi dan Narkoba
adalah musuh bersama bangsa ini, mari bebaskan negeri ini dari
penjajahan modern yang lebih sadis, yang menggerogoti sumsum anak negeri.
Selamatkan negeri
ini.......! Selamatkan Putra Putri bangsa ini......!
Jangan biarkan pengkhianat itu mencari
alasan untuk tetap melindungi pada Koruptor dan Gembong Narkoba.
Mari kita terus bunyikan genderang perang ke
seluruh negeri, yang mengumandangkan bahwa,
“Korupsi dan Narkoba adalah musuh bersama
negeri ini”.
Genderang perang baru bisa berhenti apabila negeri
kita sudah bebas dari Korupsi dan Narkoba, untuk kemudian berganti dengan
pekikan.
Merdeka...! Merdeka...!
Merdeka...!
{Penulis : Capt. R. Jumadi M. Mar.}