“Merebut Lebih Mudah Daripada Mempertahankan”

Iklan Semua Halaman

“Merebut Lebih Mudah Daripada Mempertahankan”

3.11.16
caaip.net - Kita semua prihatin melihat kemunduran dunia olahraga di tanah air. Keprihatinan itu bukan tanpa sebab, jangankan untuk berbicara di event Dunia seperti Olimpiade atau Asian Games, untuk unggul di tingkat regional Sea Games saja kita tidak mampu. Beberapa cabang olahraga andalan, yang dulu sering mendapatkan medali, juga tidak dapat berbicara banyak. Padahal semuanya sudah mengeluarkan biaya yang banyak untuk pembinaanya.

Tentu ada yang salah yang menjadikan kita terus menjadi pecundang. Adalah tidak bijaksana kalau semua ini kita lantas menyalahkan para atlit. Mereka sudah berjuang sekuat tenaga di lapangan, namun hasilnya belum memberikan mereka juara.

Saya ingin menyoroti beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan untuk perbaikan kedepan, beberapa pertimbangan untuk perbaikan itu kami rangkum dalam pandangan berikut ini :

Management Organisasi

Management Organisasi yang baik akan menunjang keberhasilan suatu cabang olahraga.   Dengan Visi dan Misi yang baik kemudian ditunjukkan dengan Keharmonisan dan Profesionalitas para Pengurus Organisasi, akan mengawali prestasi dari sebuah tim olahraga.

Di dalam kepengurusan Organisasi suatu cabang olahraga, ada baiknya menyertakan  mantan mantan atlit yang pernah berprestasi dan membesarkan olahraga tersebut. Adanya tokoh panutan menjadikan atlit lebih bersemangat.

Harus ada sikap tegas dari Pemerintah untuk mengevaluasi dan menata ulang cabang olahraga yang tidak menghasilkan juara atau tidak berprestasi. Dan meminta pertanggung jawaban pengurus atas ketidak berhasilan itu karena sudah banyak menguras biaya, tenaga dan waktu.

Sebagai contoh cabang olahraga Sepakbola, yang selama ini belum menunjukan prestasinya, jangankan sebagai juara, perbaikan posisi atau ranking FIFA saja tidak berada dalam posisi yang menggembirakan, akan tetapi ketua Umum PSSI masih saja bercokol sebagai ketua. Kita harus menjadikan prestasi sebagai tujuan bukan jabatan ketua yang  dipertahankan. Begitu juga dengan KONI sebagai induk seluruh cabang olahraga harus dimintakan pertanggungjawabanya.

Sponsor Olahraga.

Memilih Sponsor olahraga, harus selektif dan mengandung moral dan nilai olahraga yang baik.  Sangat ironis apabila rokok yang menjadi perusak kesehatan, dijadikan sebagai sponsor olahraga. Menjadikan perusahaan itu seolah sangat berjasa membangun olahraga di tanah air, padahal berapa banyak yang telah dirusak oleh rokok itu sendiri. Bantuan yang telah disalurkan tidak sebanding dengan kerusakan yang telah mereka buat. Harus ditinjau ulang untuk menerima sponsor yang tidak mempunyai komitmen tentang olahraga dan kesehatan.

Masih banyak perusahaan yang bisa dijadikan sponsor olahraga, katakanlah itu Perusahaan Semen, Bogasari, Pertamina, Pupuk Sriwijaya dan perusahaan perusahaan lain yang lebih baik, kenapa harus rokok yang menjadi perusak.

Pawai Keliling

Beberapa kata motivasi dalam olahraga hanya menjadi penghias lapangan tempat latihan saja : "Musuh yang paling berat itu ada di dalam diri kita sendiri", "Merebut lebih mudah daripada mempertahankan", tidak diimplementasikan sebagai motivasi dan nasehat yang baik.

Sudah menjadi kebiasaan negeri ini, setiap atlit yang menjadi juara di ajang Internasional, diarak keliling kota, dari satu kota ke kota yang lainnya untuk menunjukkan piala yang diraih kepada masyarakat pendukungnya. Sikap masyarakat yang demikian bukan mencintai atlitnya. Kalau memang masyarakat mencintai atlitnya, siapkan generasi penerus atlit tersebut, agar juara tidak berhenti disitu.

Pawai keliling kadang tidak cukup sehari, sementara itu atlit negara lain yang pernah ia kalahkan segera kembali ke lapangan untuk latihan memperbaiki kesalahan, dan atlit kita tenggelam dalam eforia dan pestapora.

Memang benar kata motivasi itu ; "Musuh yang paling besar itu ada didalam mu sendiri"  rasa ingin dipuji, ingin disanjung, ingin dihormati, cepat puas dll. Seharusnya dapat dibuang jauh, dan kita juga harus menjadi Juara yang mengalahkan diri sendiri.

Atlit luar negeri sana kalau sekali juara akan susah kita merebut juara dari tangannya, mengapa ? Mereka paham betul arti dari pada kata motivasi ; "Merebut lebih mudah daripada mempertahankan", makanya begitu mereka juara, pulang ke negaranya, mereka melupakan juara ditangannya, menganggap diri belum juara, setiap kepergian mereka bertanding hanya ingin merebut juara, bukan untuk mempertahankan juara.

Refresentatif  atlet daerah

Pembentukan Timnas Indonesia selalu ingin menonjolkan Refresentatif Kebhinekaan, kita selalu menginginkan Timnas harus ada yang pemuda dari Aceh, harus ada pemuda dari Ambon, harus ada pemuda dari Papua, pokoknya harus ada wakil dari tiap daerah, sehingga nanti tim itu melambangkan atau refresentatif dari Kebhinekaan itu.

Dengan kondisi georgrafis Indonesia yang sangat luas ini, jangan lah memaksakan untuk terus harus ada keterwakilan dari tiap daerah. Sebagai contoh pada tingkat anak anak kita sering juara, karena tim nya diambil dari salah satu daerah saja yang telah lolos kompetisi. Mereka sudah padu karena diluar lapangan pun mereka adalah teman bermain. Tetapi dalam membentuk tim senior yang diambil pemain pemain terbaik dari daerah malah tidak dapat berprestasi. Memang sulit mempersatukan mereka dalam satu tim.

Sebagai contoh Timnas Singapura yang sering menyulitkan Indonesia disetiap pertemuannya, lebih padu di lapangan, padahal mereka juga mempunyai suku/ras yang berbeda yaitu  Melayu, China dan India, akan tetapi karena didukung oleh faktor psikologis, dan geografis, tidak menjadikan mereka terpisah.

Faktor pisikologis ini yang menjadikan kadang negara kecil dapat mengalahkan negara besar, karena mereka selain kompak di lapangan, pemain saling mengenal dengan keluarga masing masing, dengan anak istri saling mengenal, dan rumah berdekatan.

Bisakah Tim Indonesia mempunyai kekompakan seperti itu, adakah seorang Ismet Sofyan  pernah kenal keluarganya Boas Salosa, Keluarga Irvan Bachdim juga tidak pernah mengenal keluarga Andik Vermansyah. Adakah mereka mengenal keluarga teman mereka bermain di lapangan ?

Kekompakan juga bukan hanya ada didalam sebuah timnas, akan tetapi kekompakan lain diluar timnas juga harus mendukung. Kekompakan Organisasi beserta jajaran Pengurusnya, kekompakan Suporter, kekompakan Pelatih, bahkan kekompakan keluarga atlit yang saling mengenal.

Semoga olahraga kita bangkit kembali dan mampu mengangkat dan mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional. Atlit atlit kita mampu mengalahkan "diri sendiri" untuk menjadi juara sejati. Aamiin..

Semoga tulisan ini dapat menjadikan bahan acuan untuk mengembalikan kejayaan prestasi olahraga kita dimasa depan. Lupakan masa lalu kita pernah menahan imbang Rusia di Olimpiade Melboune. Lupakan kita pernah juara, biarlah itu hanya menjadi bagian dari sejarah, dan kita siap untuk mengukir sejarah baru., "Merebut lebih mudah daripada  mempertahankan" untuk Indonesia Juara.

(Penulis : Capt. RH. Jumadi, Nakhoda Senior, Pembina PTM Garuda Perdagangan)